Jumaat, 14 Februari 2014

AKHLAK DALAM ISLAM

PENGERTIAN AKHLAK
Secara sederhana, paradigma adalah cara memandang. Paradigma mirip jenis kaca mata yang kita gunakan. Paradigma adalah kaca mata batin kita – kacamata persepsi kita. Paradigma menentukan apa yang kita yakini dan pada akhirnya menentukan prilaku kita. Secara ilmiyah, paradigma adalah “a constellation of beliefs, values, and technicques shared by the members of a given scientific community”. Menurut Thomas kuhn, paradigma tidak saja bersifat kognitif, tetapi juga normative. Sementara menurut Jalaluddin rahmat, paradigma diartikan sebagai kumpulan keyakinan, nilai, dan aturan perilaku yang dianut oleh kelompok tertentu dan untuk konteks Islam , kelompok tertentu dalam Islam.

Sementara kata akhlak (bahasa Arab), secara etimologis, adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam Kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Akhlaq berakar dari kata kha-la-qa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq yang berarti yang diciptakan dan khalq yang berarti penciptaan.


Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlaq tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan prilaku makhluq (manusia). Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkunganya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau morma prilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.

Sedangkan secara istilah, banyak ulama mendefinisikan pengertian akhlak diantaranya adalah sebagai berikut:

Imam al-Ghazali :

الخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة الي فكر و رؤية.

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuaatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
      Ibnu maskawih :

“ Akhlak adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran”.


         Ahmad amin :

“Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Disamping akhlak, moral dan etika juga sama-sama menentukan nilai baik dan buruk seseorang. Bedanya akhlak mempunyai standar ajaranyang bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul, etika berstandarkan akal pikiran sedangkan moral berstandarkan adat atau kebiasaan yang terdapat didalam masyarakat.”


Ibrahim Anis:

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.



Abdul karim Zaidan:
“Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatanya baik atau buruk untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkanya”.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan manusia baru disebut akhlak kalau terpenuhi dua syarat, yaitu:

Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu hanya dilakukan sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu ketika, orang yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang atau bantuan kepada orang lain, karena alasan tertentu. Dengan tindakan ini ia tidak dapat disebutorang yang murah hati atau disebut sebagai orang berakhlak dermawan. Karena hal itu tidak melekat pada jiwanya. Lebih jauh tentang keterulangan perbuatan manusia, yang selanjutnya disebut akhlak, Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak menyatakan bahwa pada dasarnya akhlak itu adalah membiasakan kehendak (‘adah al-iradah). Kata membiasakan disini dipahami dalam pengertian melakukan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan (‘adah). Adapun yang dimaksud dengan kehendak (iradah) adalah menangnya keinginan untuk melakukan sesuatu setelah mengalami kebimbangan untuk menentukan pilihan terbaik di antara beberapa alternatif. Apabila iradah sering terjadi pada seseorang, maka akan terbentuk pola yang baku, sehingga selanjutnya tidak perlu membuat pertimbangan-pertimbangan lagi, melainkan secara langsung melakukan tindakan yang telah dilaksanakan tersebut.

Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti terlebih dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah difikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu secara matang, tidak disebut akhlak. Ada dua hal yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kebiasaan: (1) ada kecenderungan hati padanya, (2) ada pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah mengerjakanya tanpa memerlukan fikiran lagi.

Selanjutnya, kesan yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa istilah akhlak itu bersifat netral, belum menunjukan kepada baik dan buruk. Namun demikian, apabila istilah akhlak itu disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya bila seseorang berlaku tidak sopan kita mengatakan kepadanya: “Kamu tidak berakhlak”. Maksudnya adalah “kamu tidak memiliki akhlak mulia”, dalam hal ini sopan santun.

Pembagian Akhlak

Segala sesuatu yang ada di dunia ini jika kita perhatikan, maka akan jelas bahwa semuanya ini berpasang-pasangan.
Ada siang dan malam, ada hujan dan panas, ada laki-laki dan perempuan, ada ahklak mahmudah dan mazmumah  dan sebagainya.

  1. akhlak mahmudah
akhlak mahmudah artinya: akhlak terpuji, contoh akhlak mahmudah adalah:
  1. Sabar, adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan amarah.
  2. Ikhlas, adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata karena Allah, yakni harus mengharap ridhoNya.
  3. Jujur, adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan harus dengan hati yang lurus.
  4. Pemaaf, adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta maaf yang menyadari kesalahannya.
  5. Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan orang lain,
  6. Menepati janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah disepakati sebelumnya.

  1. akhlak mazmumah
ahklak mazmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela, contoh akhlak mazmumah adalah:
  1. Ujub dan Takabur
Ujub adalah mengagumi kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan takabur, adalah membanggakan diri karena dirinya merasa lebih dari pada yang lain.
  1. Ria dan Sum’ah
Ria adalah beramal baik dan bermaksud ingin memperoleh pujian orang lain. Sedangkan sum’ah, adalah berbuat atau berkata agar didengar orang lain sehingga namanya jadi terkenal.

  1. Malas dan Tamak
Malas adalah enggan atau tidak mau melakukan sesuatu, dan Tamak( serakah) adalah terlalu bernafsu untuk memiliki sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri.

  1. Dendam dan Iri hati
Dendam adalah keinginan untuk membalas kejahatan yang dilakukan orang lain atas dirinya. Dan Iri hati adalah perasaan tidak senang apabila melihat orang lain mendapat kesenangan.

  1. Fitnah dan Penipuan
Fitnah adalah berita bohong atau desas- desus tentang seseorang dengan maksud yang tidak baik. Sedangkan penipuan adalah perkataan atau perbuatan tidak jujur dengan maksud menyesatkan seseorang dan mencari untung dari perbuatannya tersebut.


  1. Bohong dan Khianat
Bohong adalah dusta, berarti tidak sesuaidengan keadaan yang sebenarnya., sedangkan Khianat adalah perbuatan tidak setia terhadap pihak lain.

  1. Bakhil dan Takut miskin
Bakhil adalah perasaan tidak rela memberikan sesuatu kepada orang lain atau untuk kepentingan agama. Dan Takut miskin adalah rasa cemas akan menderita hidupnya karena kekurangan harta.


KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAK DALAM ISLAM

1.Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam.

2.Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok Islam

3.akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan sesorang nanti pada hari kiamat

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ رواه الترمذي وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

4.Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorangsebagai ukuran kualitas imanya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا رواه الترمذي هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

5.Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada allah SWT.Lihat nash tentang shalat puasa dan haji

6.Nabi Muhammad SAW selalu berdo’aagar Allah SWT membaikan akhlak beliau.

7.di dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak.


CIRI-CIRI AKHLAK DALAM ISLAM

Yang dimaksud karakteristik akhlak islam adalah ciri-ciri khusus yang ada dalam akhlak islam. ciri-ciri khusus ini yang membedakan dengan akhlak wadli’iyah atau akhlak yang diciptakan oleh manusia, atau hasil consensus manusia dalam menentukan baik dan buruknya perbuatan, yang disebut moral.

Akhlak nabi Muhammad saw adalah akhlak islam, karena ia bersumber pada al-Qur’an yang datang dari Allah swt. Al-qur’an sendiri diyakini memiliki kebenaran mutlak, tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, berlaku sepanjang masa dan untuk semua manusia. Oleh karena itu akhlak islam memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

Kebaikanya bersifat mutlak (al-khairiyah al-muthlaqah) yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak islam merupakan kebaikan murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat luas, kapanpun dan dimanapun.

Kebaikanya bersifat menyeluruh (al-shalahiyah al-‘ammah). Yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat.

Tetap, langeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu, tempat dan perubahan kehidupan manusia.

Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzamul mustajab), yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan hukum yang harus dilaksanakan, sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakan.

Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah), yaitu allah yang memiliki sifat maha mengetahui seluruh isi alam semesta, dan apa yang dilahirkan dan disembunyikan oleh manusia, maka perbuatan manusia selalu diawasi dan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Tidak ada sekecil dzarrah-pun yang lepas dari pengawasan Allah SWT.

Berpijak dari lima ciri-ciri akhlak Islam di atas, Ahmad Azhar basyir merinci kembali melalui lima dengan istilah:  
(1) Akhlak rabbani; 
(2) Akhlak manusiawi; 
(3) Akhlak universal; 
(4) Akhlak keseimbangan; dan 
(5) Akhlak realistic.

1.Akhlak Rabbani (Al-Akhlaq Al-Rabbaniyyah)
Akhlak rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah), yaitu akhlak dalam Islam itu bersumber kepada wahyu Allah yang termaktub di dalam al-qur’an dan as-sunnah al-nabawuyah. Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa tujuan para rasul allah ialah mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan (rabaniyah), yaitu masyarakat yang para anggotanya dijiwa oleh semangat mencapai ridha allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan kepada seluruh makhluk.

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS Ali Imron (3): 79)

Makna “rabbaniyah” itu sendiri sama dengan “berkeimanan” dan “berketakwaan” atau lebih sederhana dapat dikatakan “beriman dan bertakwa”. Oleh karena iman dan takwa adalah fondasi dari ajaran Islam bagi kehidupan manusia, maka akhlak rabbaniyah itu adalah akhlak yang bernilai bagi perwujudan dari iman maupuntakwa. Perwujudan ini dalam bentuk sikap,pandangan hidup dan perbuatan nyata yang sesuai dengan nilai-nilai rabbanuyah.

Ciri Rabbani dalam akhlak Islam bukanlah moral yang tradisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai mutlak. Akhlak Rabbani mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam kehidupan manusia. 

Al Qur’an mengajarkan, « Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah kamu mengikutinya, jangn kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalan-Nya. Demikian yang diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa. » (Q.S. Al An’am: 153)


2.Akhlak Manusiawi (Al-Akhlaq Al-Insaniyyah)
Akhlak manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah), yaitu bahwa ajaran akhlak islam selalu sejalan dan memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah memihak kepada kebaikan dan kebenaran, walaupun sering pemihakanya itu bertentangan dengan lingkungan dan hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang mengikuti hawa nafsunya saja, dan memihak kepada kebenaran “semu”, hasil rekayasa tangan dan otak jahil manusia, sesungguhnya ini bertentangan dengan hati nuraninya yang memihak kepada kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa manusia sejak lahir tidak dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Dimanapun orang berbuat maksiat, akan selalu dihantui rasa bersalah, berdosa, dan tidak pernah tenteram. Hal ini karena bertentangan dengan fitrah kebenaran yang ada di dalam dirinya sendiri.

Akhlak Islam selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran, dan media untuk menca[ai kebahagiaan yang hakik. Akhlak islam benar-benar menjaga dan memlihara keberadaan manusia sebagai makhluk yang terhormat, terpuji sesuai dengan fitrahnya.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS ar-Rum(3): 30).

3.Akhlak Universal (Al-Akhlaq Al-Syamilah)

Akhlak universal (Al-Akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa akhlak Islam itu bersifat universal dan sempurna, siapapun yang melaksanakan akhlak islam dijamin akan selamat. Contohnya al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yakni :
  1. Menyekutukan Allah,
  2. Durhaka kepada kedua orang tanpa alasan yang sah,
  3. Membunuh anak karena takut miskin,
  4. Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
  5. Membunuh orang tanpa alasan yang sah,
  6. Makan harta anak yatim,
  7. Mengurangi takaran dan timbangan,
  8. Membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
  9. Persaksian tidak adil,
  10. Mengkhianati janji dengan Allah (Qs, al-An’am, 6:151-152).
 Orang-orang yang non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak Islam, mislanya tidak berjudi, berzina, selalu berkata sopan, lemah lembut, tidak menyakiti hati orang lain, senang membantu orang lain yang terkena musibah, sabar, dan selalu berterima kasih atas rezki yng didapat dengan cara yang halal dan lain sebagianya, yang masuk dalam kelompok akhlak mahmudah, dijamin hidupnya akan bahagia di dunia ini. Inilah universalisme akhlak islam yang berlaku untuk semua orang dan bangsa di seluruh dunia, tanpa membedakan etnis, ras dan suku.

Akhlak Islam itu telah sempurna, sebagaiman kesempurnaan ajaran Islam itu sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana bersikap dan berperilaku kepada allah, melaiknkan juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Apabila hubungan segitiga, yakni kepada Allah, sesama manusia dan alam telah terjalin dengan baik, maka dijamin terciptanya kehidupan yang harmonis, bahagia, dan damai, baik secara spiritual maupun material.

4.Akhlak Keseimbangan (Al-Akhlaq At-Tawazun)

Akhlak keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun), artinya bahwa akhlak islam berada di tengah-tengah antara pandangan yang menghayalkan manusia bagaikan malaikat yang selalu suci, bersih, taat terus kepada Allah, selalu mengikuti apa yang diperintahkan, dan pandangan yang menitikberatkan manusia bagaikan tanah, syetan, dan hewan yang tidak mengenal etika, selalu mengajak kepada kejahatan dan perbuatan-perbuatan nista. Manusia dalam pandangan Islam terdapat dua kekuatan dalam dirinya, yaitu kekuatan kebaikan pada hati nuraniya dan kekuatan jahat pada hawa nafsunya.

Manusia memilki naluriyah hewaniyah dan naluriyah ruhaniyah malaikah. Dua naluri tersebut harus dibimbing oleh akhlak islam su[aya tetap berada dalam keseimbangan. Naluriyah hewaniyah tidak dapat dipisahkan dari jasad manusia, melainkan harus diarahkan untuk disalutkan sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan dalam Islam. manusia adalah makhluk yang berakal, bermartabat dan terhormat, kalau terus berada dan mengembangkan fitrah religiusitasnya. Namun manusia dapat meluncur ke tingkat yang paling rendah, hina dina bagaikan hewan, kalau tidak dapat menjaga fitrah bahkan melawanfitrah tersebut, dengan selalu berbuat nista. Akhlak Islam menjaga manusia agar selalu berada pada tingkat kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang seimbang antara dunia dan akhirat. QS Al-baqarah(2): 201.

5.Akhlak Realistic (Al-Akhlaq Al-Waqi’iyyah)

Akhlak realistic (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah), yaitu akhlak Islam memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia memang makhluk yang sempurna, memilki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan makhluk ciptaan allah lainya, tetapi manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan. Ini adalah realitas bagi manisia, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di sisi lain ada kelemahan. Kerja sama, tolong ,emolong adalah suatu bentuk kesadaran manusia bahwa dalam dirinya ada kelemahan dan kebaikan.

Untuk itulah akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan menghormati orang lain, melakukan kerja sama atau saling kenal mengenal, kontak komunikasi dengan suku dan bangsa lain. Adalah kesombongan kalau ada orang yang mengatakan bahwa ia mampu hidup dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa orang lain. Ia tidak sadar, bahwa pakaian, kaca mata, sepatu, topi, ikat pinggang yang menempel setiap saat di tubuhnya, dan makanan, minuman, buah-buahan yang disantap setiap hari adalah bagian dan hasil jasa orang lain. Tiap orang tidak akan mampu menyediakan kebutuhan hidup dengan tangannya sendiri.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(QS Al-Maidah (5):3).

Selain itu, akhlak islam juga realistis adalah bahwa allah tidak akan memberi beban kesanggipan kepada manusia di luar kemampuanya. Allah tidak egois dan memaksa kepada manusia, justru allah melihat kenyataan yang ada. Kalau memang manusia tidak sanggup melaksanakan perintah-perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan yang telah ditetapkan secara rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil keringanan (rukhsah) yang telah diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada orang lain yang berbuat tidak baik kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih baik. Perbuatan memberi maaf baik diminta ataupun tidak diminta adalah perbuatan yang mulia. Manusia sesungguhnya memilki kemampuan untuk memaafkan orang lain, karena Allah telah mengukur kemampuan yang dimiliki oleh manusia.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (QS Al-baqarah (2): 286).


Ruang Lingkup Akhlaq
Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian yaitu :
  • Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
  • Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
  • Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-kaedah adab.
  • Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan luar negeri.
  • Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis membagi pembahasan akhlaq menjadi :
  • Akhlaq terhadap Allah SWT.
  • Akhlaq terhadap Rasulullah SAW.
  • Akhlaq pribadi
  • Akhlaq dalam keluarga
  • Akhlaq bermasyarakat dan
  • Akhlaq bernegara
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam beberapa poin berikut ini :
Rasulullah SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam, sebagai sabdanya :“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. (HR. Baihaqi).

Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik, sebagaimana sabda beliau.Terjemahannya :

“Ya Rasulullah, apakah agama itu ? beliau menjawab : agama itu adalah akhlak yang baik”.
Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah SAW. Menjadikan baik buruknya akhlaw seseorang sebagau ukuran kualitasnya. Islam menjadikan akhlaw baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.Nabi Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq beliau.



Perbuatan Baik dan Buruk
Yang dimaksud perbuatan baik adalah :
  • Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
  • Sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya.
  • Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan
  • Sesuatu dengan sesuai dengan keinginan yang bersifat berfitrah
  • Sesuatu hal yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia.
Adapun yang dimaksud dengan perbuatan buruk adalah :
  • Sesuatu yang tidak baik, tidak seperti seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, di bawah standart, kurang dalam nilai dan tidak mencukupi.
  • Sesuatu yang keji, jahat, tidak bermoral dan tidak menyenangkan
  • Adalah segala sesuatu yang tercela, karena melanggar norma-norma atau aturan-aturan menurut yang ditetapkan oleh syara’ (agama).
Ukuran Baik dan Buruk
Persepsi Manusia Tentang Baik dan Buruk
Banyak orang yang berselisih pendapat untuk menilai suatu perbuatan, ada yang melihatnya baik dan ada yang melihatnya buruk. Dipandang baik oleh suatu masyarakat atau bangsa dipandang buruk yang lain. Dipandang baik pada waktu ini dinilai buruk pada waktu yang lain.
Selanjutnya dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan nilai yang mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang mempunyai niat baik, tetapi lakukan dengan cara yang salah, dia dinilai tercela karena salah melakukannya, bukan tercela karena niatnya. Kadang-kadang tercelanya manusia itu dapat berpangkal dari keyakinan yang salah, bukan karena niatnya.
Tingkah laku manusia dapat diketahui bahwa element-element pokok yang perlu diperhatikan padanya adalah :
  • Kehendak (Karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada di dalam jiwa manusia.
  • Manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut. Barangkali hal ini dapat disamakan dengan ungkapan karya, yakni perbuatan dalam mewujudkan karsa tadi. Kalau karsa dan karya menjadi satu, maka bisa dipastikan adanya aktivitas yang tidak kecil artinya.
Selanjutnya untuk menialai baik buruknya niat dan cara seseorang dalam melakukan perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Islam sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. An-Nisa (4) : Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan oramg-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan perndapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebi utama bagi kamu dan lebih baik akibatnya”.

Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah
1. untuk membentuk pribadi muslim,
2. bertingkah laku  yang baik demi meningkatkan derajat kehidupan manusia,
3. menyempurnakan keimanan
4. sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan bertetangga
5. mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara.

            Jadi mempelajari ilmu akhlak bukanlah sekedar untuk mengetahui mana akhlak baik dan buruk, akan tetapi tang penting adalh, mengamalkan dan menerapkan akhlak yang luhur itu dalam kehidupan sehari-hari, sesuai tuntutan ajaran Islam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan